Literasi merupakan pembiasaan sejak dini suatu kegiatan positif yang diajarkan
kepada siswa. Ada berbagai macam gerakan literasi yang dapat diterapkan, salah satunya
adalah literasi numerasi. Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa yang mengikuti
kegiatan COD (Campus On Duty) di SD kabupaten Kediri diketahui bahwasannya terdapat
salah satu literasi yang masih kurang dipahami literasi numerasi. Literasi numerasi
merupakan pemahaman tentang penggunaan simbol dan angka matematika dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut hasil PISA
yang dirilis OECD pada tahun 2018, tingkat literasi numerasi Indonesia berada pada
peringkat 74 dari 79 negara, yang menunjukkan bahwa tingkat literasi numerasi di
Indonesia masih sangat rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi
numerasi, seperti kemampuan dalam memecahkan masalah matematika dan
kemampuan literasi peserta didik. Selain itu, banyak siswa Sekolah Dasar kurang
memiliki motivasi dalam membaca dan berhitung. Tujuan kegiatan pengabdian untuk
meningkatkan literasi dan numerasi siswa. Mengingat literasi numerasi sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari, perlu adanya tindakan dalam mengatasi masalah ini.
Menurut Direktorat Sekolah Dasar, literasi numerasi siswa di Indonesia masih sangat
rendah dibandingkan dengan negara lain di dunia.
Teknologi yang hadir di tengah-tengah masyarakat memiliki dampak positif dan
negatif. Dampak positifnya adalah bahwa teknologi menyediakan sumber belajar yang
bervariasi dari berbagai referensi yang dilengkapi dengan contoh konkret, memberikan
kemudahan dalam mengirim pesan, serta memberikan kesempatan untuk mengenal
dunia luar yang tidak mampu diakses secara langsung. Namun, teknologi juga bisa
menjadi sangat berbahaya jika tidak diawasi oleh orang tua dan guru terhadap siswa
mereka. Selain itu, teknologi dapat menggeser budaya kebersamaan dan komunikasi
langsung antara individu serta memperlihatkan banyak konten negatif seperti budaya
kekerasan, bullying, game online, dan tontonan yang tidak menyampaikan pesan moral
yang baik melalui media TV maupun gadget (Sadriani, 2023:170). Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi rendahnya minat baca siswa di sekolah dasar meliputi: 1) Kemahiran
membaca siswa yang masih rendah, 2) Banyaknya jenis hiburan (game) dan tayangan di TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dari membaca buku, 3) Budaya membaca
yang belum diwariskan oleh nenek moyang kita, dan 4) Kurangnya koleksi buku di
perpustakaan yang tidak memberikan iklim kondusif bagi tumbuh kembangnya minat
baca peserta didik. Menurut Friantini (2021:35), hasil dari dua periode asesmen yang
dilakukan oleh Programme For International Student Assessment (PISA) menunjukkan
bahwa peserta didik Indonesia menempati peringkat ke-74 dari 79 negara peserta dalam
matematika, sains, dan membaca.
Dalam kegiatan literasi numerasi di fokuskan pada peningkatan pengetahuan dan
kecakapan untuk menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
dengan matematika dasar dalam memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam
konteks kehidupan sehari-hari. Dengan literasi numerasi dapat menganalisis informasi
yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan
interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan. Pada
literasi numerasi juga merupakan bagian dari matematika yang dilakukan dengan
mudah.
Kegiatan literasi numerasi sebagai kemampuan dalam mengaplikasikan konsep
bilangan dan operasi berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Operasi berhitung sangat
penting karena hal utama yang dilakukan disekolah maupun di lingkungan masyarakat
dengan berhitung. Maka dari sejak usia dini diajarkan berhitung. Tempat belajar
berhitung sudah dilakukan dari rumah akan tetapi di sekolah dari kelas 1 sudah dilatih
dan diajarkan kepada peserta didik.
Kegiatan literasi numerasi di SDN Ngadi
Pada kegiatan Game Benda Oper siswa diajak untuk belajar sambil bermain. Cara
bermain yaiu siswa diajak untuk mengoper benda yang ada di sekitar contohnya yaitu
penghapus papan tulis. Siswa mengoper benda tersebut sambil bernyanyi. Lagu yang
dibawakan sesuai dengan kesepakatan yang sudah dilakukan oleh guru dan siswa. Pada
kegiatan ini kami mengambil lagu-lagu daerah untuk mengajak siswa dalam melestarikan
budaya yang sudah ada agar tidak terlupakan. Saat lagu yang sudah diputar atau
dinyanyikan diberhentikan oleh guru, siswa yang terakhir memegang benda akan
diberikan hukuman. Hukuman di sini bukan hukuman yang akan memberatkan siswa
melainkan hukuman untuk mengetahui pengetahuan siswa terkait dengan penerapan dan konsep matematika, dan siswa diajak menggambar balon udara pada balon diberi
tulisan angka agar siswa dengan mudah berhitung.
Kegiatan literasi numerasi di SDN Petungroto
Permainan ular tangga adalah permainan sederhana yang berbentuk kertas segi
empat dengan aneka gambar yang disisipi ular atau tangga. Selain itu ada nomornomor dari satu sampai seratus. Permainan yang dapat dilakukan oleh dua sampai
empat orang ini, menurut beberapa pendapat permainan ini berasal dari India.
Permainan ular tangga ini dapat dimainkan dengan teknologi modern, kemenangan
pemain ditentukan dari lemparan dadu yang terdiri dari titik-titik yang berjumlah
satu sampai enam titik. Secara bergiliran pemain melempar dadu dan melangkahkan
bidak sesuai jumlah titik yang tertera pada dadu. Jika hitungan jatuh pada nomor yang
tertera gambar tangga maka pemain berhak naik ke angka yang lebih tinggi mengikuti
pucuk tangga. Sebaliknya, jika pemain menemukan hitungan terakhir pada gambar
kepala ular ketika menghitung sesuai titik pada dadu, maka pemain turun ke bawah
sampai pada ekor. Jika salah satu pemain telah sampai pada angka seratus lebih
dahulu maka dialah yang menjadi pemenang.
(Novi Nitya Santi, S.Pd, M.Psi.1, Dr. Alfi Laila, M.Pd.2, Rosa Imani Khan, M.Psi.3,Kurniawan, M.Pd.4, Dhana Fitri Cahyani5)